Kontroversi temuan bangunan mirip piramida di sejumlah tempat di nusantara akan dipaparkan dalam sarasehan bertajuk "Mengungkap Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba di Nusantara untuk Memperkuat Karakter dan Ketahanan Nasional", di Gedung Krida Bhakti, Sekretariat Negara, pada 7 Febuari 2012.
Sarasehan itu akan menghadirkan para ahli geologi dan bidang ilmu lainnya yang selama ini meneliti Gunung Padang dan Gunung Sadahurip di Jawa Barat, serta sejumlah tempat lainnya di nusantara.
Seperti diberitakan, untuk membuktikan dugaan para ahli itu, sejumlah riset telah dilakukan di Gunung Sadahurip dan Gunung Padang, antara lain melalui georadar, geolistrik, foto kontur dan foto IFSAR. Kini, tahap selanjutnya akan dilakukan pengeboran mendalami batuan di sejumlah tempat itu.
“Kemungkinan pada Maret nanti sebagai eskavasi awal, akan kami selidiki batuan di dalamnya,” kata salah satu anggota tim, Ir Iwan Sumule kepada VIVAnews.com, Senin, 30 Januari 2012. Sebelumnya, kata Iwan, pengeboran telah dilakukan, namun pada Maret nanti akan dilakukan ke lapisan yang lebih dalam.
Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial Andi Arief mengatakan sarasehan itu bertujuan memaparkan hasil kerja Tim Riset Katastropik Purba selama ini. "Saresehan ini adalah bagian dari agenda Tim Katastropik Purba, yang telah bekerja keras selama ini", ujarnya kepada VIVAnews, Selasa 31 Januari 2011.
Belum menyimpulkan
Andi Arief mengatakan tim peneliti, yang sebagian besar geolog senior dari ITB, belum sampai pada kesimpulan di dalam Gunung Sadahurip dan Gunung Padang terdapat "piramida" yang lebih tua dari piramida Mesir. "Kesimpulan baru bisa diperoleh setelah semua langkah riset ilmiah dilakukan, termasuk pengeboran dan eskavasi," ujar Andi.
Sarasehan besok lusa itu, kata Andi, akan membahas semua hal berkaitan dugaan adanya bangunan "piramida". "Meskipun temuan awal cukup kuat mengarah ke soal adanya piramida, kita tetap mengacu pada fakta empirik. Jalannya hanya melalui pengeboran dan eskavasi," ujar Andi.
Informasi itu sekaligus mengkoreksi pemberitaan sebelumnya bahwa tim telah sampai pada kesimpulan adanya bangunan menyerupai piramida di Gunung Sadahurip dan Gunung Padang. (Baca Kuak Misteri, "Piramida" Garut Akan Dibor).
Sebelumnya dikatakan dua geolog telah berkesimpulan di Gunung Padang dan Sadahurip ada piramida. "Dr Andang Bachtiar dan Dr Danny Hilman belum memberi kesimpulan bahwa di dalam Gunung Sadahurip ada bangunan 'piramida'," ujar Andi.
Yang benar, tim itu sedang meneliti banyak sekali fenomena kebencanaan purba termasuk di Gunung Padang dan Gunung Sadahurip. Tapi sejauh ini penelitian di Sadahurip masih terus berlanjut, dan masih belum menyimpulkan ada atau tidaknya "piramida" di sana.
Penelitian tentang kebencanaan purba di sejumlah lokasi itu bertujuan melengkapi data-point statistik daur ulang kebencanaan. Informasi itu sangat bermanfaat dalam upaya prediksi ilmiah kebencanaan, baik besaran, lokasi, dan juga waktu ulangnya.
"Selain itu bertujuan mempelajari persepsi, cara tindak, dan rekaman kebudayaan masa lalu terkait mitigasi bencana, yang seringkali dibahasakan sebagai kearifan lokal," ujar Andi.
Dikatakan, fokus utama sarasehan besok bukan pada Gunung Sadahurip saja, tetapi juga hasil sementara penelitian di daerah lain yang sudah jauh lebih maju status penelitiannya dibanding Sadahurip. Antara lain di Banda Aceh, setelah daerah itu disapu bencana dahsyat gempa dan tsunami pada 2005. Lalu juga situs di Trowulan, Batujaya, dan Gunung Padang.
"Tentu, di bagian akhir, sarasehan akan membahas kemajuan penelitian di Gunung Sadahurip sebagai pelengkap," ujar Andi menambahkan.
Selain sarasehan, hasil temuan Tim Katastropik juga akan dibahas dalam pertemuan kebudayaan internasional di Bali, 9 Februari mendatang, yang digarap oleh Universitas Indonesia.
Dikatakan, ilmuwan Oxford, Inggris, Prof Dr Stephen Oppenheimer, penulis buku laris "Eden in the East" juga tertarik dengan keberadaan "piramida" di Gunung Sadahurip dan Gunung Padang, dan akan hadir di pertemuan Bali itu.
sumber
Tim Peneliti Bencana Katastropik Purba menduga kuat adanya bangunan piramida di situs Gunung Padang di Kabupaten Cianjur dan Gunung Sadahurip di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Dugaan itu mengundang kontroversi para ahli arkeologi dan geologi yang selama ini meneliti situs-situs geologi dan peninggalan arkeologi.
Menurut salah satu anggota Tim Peneliti Bencana Katastropik Purba, Danny Hilman, mereka mengebor hingga sedalam 20 meter di Gunung Padang, tak jauh dari situs megalitikum, dan menemukan tiga rongga di badan gunung. Satu dari ketiga ruangan itu berukuran 10 meter x 20 meter. Posisi ketiga ruangan bertingkat.
Hasil penelitian itu dipaparkan di Kantor Sekretariat Kabinet, Selasa (7/2/2012). ”Selama ini para ahli arkeologi hanya meneliti situs megalitikum di lapisan atas. Belum banyak meneliti ke bagian lebih dalam,” kata Danny.
Menurut dia, para peneliti terdahulu menganggap temuan di Gunung Padang hanya situs megalitikum biasa. Hasil pengeboran tim menemukan lapisan dasar fondasi bangunan berumur 4700 SM. Lebih tua dari piramida Giza di Mesir yang berusia 3500 SM.
Andang Bachtiar, yang juga anggota Tim Peneliti Bencana Katastropik Purba, mengatakan, pengeboran menemukan lapisan pasir. ”Kami mencari apakah lapisan itu bagian teknologi antigempa,” tuturnya.
Belum lagi ada klarifikasi tentang keberadaan piramida, tim juga menduga ada piramida di Gunung Sadahurip. Tim juga mengamati bentuk fisik kedua gunung itu mirip piramida.
Penemuan di situs Sadahurip dan Padang diklaim sebagian temuan Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam, Andi Arief. Tim beranggota sembilan orang dari berbagai disiplin ilmu, seperti geologi, geofisika, paleotsunami (ilmu tsunami purba), paleosedimentasi, geodinamika, arkeolog, filolog (ahli naskah kuno), dan antropolog.
Tim ini juga meneliti beberapa situs di tempat lain. Tujuannya untuk memahami apa ada kejadian alam hebat sehingga menghancurkan peradaban manusia waktu itu. Penelitian akan dilanjutkan 2,5 tahun ke depan melalui pendekatan riset, survei, manuskrip kuno, dan lain-lain.
Bantahan
Beberapa geolog dan arkeolog menampik adanya bangunan piramida di kedua gunung itu. Sutikno Bronto, geolog yang mendalami gunung api purba, mengatakan, kedua gunung itu ”hanya” gunung api purba. Bukan gundukan tanah berisi piramida.
Ciri-ciri lokasi gunung purba, lanjut Sutikno, adalah batuan penyusunnya merupakan hasil aktivitas gunung berapi setempat. Usia gunung api purba Padang lebih dari 2 juta tahun, sedangkan Sadahurip ribuan tahun.
Geolog dari BP Migas, Awang Harun Satyana, mengatakan, Indonesia mengenal bentuk piramida, yakni punden berundak. Untuk membuktikan ada tidaknya piramida di Sadahurip dan Padang, diperlukan penelitian secara menyeluruh
sumber
Sarasehan itu akan menghadirkan para ahli geologi dan bidang ilmu lainnya yang selama ini meneliti Gunung Padang dan Gunung Sadahurip di Jawa Barat, serta sejumlah tempat lainnya di nusantara.
Seperti diberitakan, untuk membuktikan dugaan para ahli itu, sejumlah riset telah dilakukan di Gunung Sadahurip dan Gunung Padang, antara lain melalui georadar, geolistrik, foto kontur dan foto IFSAR. Kini, tahap selanjutnya akan dilakukan pengeboran mendalami batuan di sejumlah tempat itu.
“Kemungkinan pada Maret nanti sebagai eskavasi awal, akan kami selidiki batuan di dalamnya,” kata salah satu anggota tim, Ir Iwan Sumule kepada VIVAnews.com, Senin, 30 Januari 2012. Sebelumnya, kata Iwan, pengeboran telah dilakukan, namun pada Maret nanti akan dilakukan ke lapisan yang lebih dalam.
Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial Andi Arief mengatakan sarasehan itu bertujuan memaparkan hasil kerja Tim Riset Katastropik Purba selama ini. "Saresehan ini adalah bagian dari agenda Tim Katastropik Purba, yang telah bekerja keras selama ini", ujarnya kepada VIVAnews, Selasa 31 Januari 2011.
Belum menyimpulkan
Andi Arief mengatakan tim peneliti, yang sebagian besar geolog senior dari ITB, belum sampai pada kesimpulan di dalam Gunung Sadahurip dan Gunung Padang terdapat "piramida" yang lebih tua dari piramida Mesir. "Kesimpulan baru bisa diperoleh setelah semua langkah riset ilmiah dilakukan, termasuk pengeboran dan eskavasi," ujar Andi.
Sarasehan besok lusa itu, kata Andi, akan membahas semua hal berkaitan dugaan adanya bangunan "piramida". "Meskipun temuan awal cukup kuat mengarah ke soal adanya piramida, kita tetap mengacu pada fakta empirik. Jalannya hanya melalui pengeboran dan eskavasi," ujar Andi.
Informasi itu sekaligus mengkoreksi pemberitaan sebelumnya bahwa tim telah sampai pada kesimpulan adanya bangunan menyerupai piramida di Gunung Sadahurip dan Gunung Padang. (Baca Kuak Misteri, "Piramida" Garut Akan Dibor).
Sebelumnya dikatakan dua geolog telah berkesimpulan di Gunung Padang dan Sadahurip ada piramida. "Dr Andang Bachtiar dan Dr Danny Hilman belum memberi kesimpulan bahwa di dalam Gunung Sadahurip ada bangunan 'piramida'," ujar Andi.
Yang benar, tim itu sedang meneliti banyak sekali fenomena kebencanaan purba termasuk di Gunung Padang dan Gunung Sadahurip. Tapi sejauh ini penelitian di Sadahurip masih terus berlanjut, dan masih belum menyimpulkan ada atau tidaknya "piramida" di sana.
Penelitian tentang kebencanaan purba di sejumlah lokasi itu bertujuan melengkapi data-point statistik daur ulang kebencanaan. Informasi itu sangat bermanfaat dalam upaya prediksi ilmiah kebencanaan, baik besaran, lokasi, dan juga waktu ulangnya.
"Selain itu bertujuan mempelajari persepsi, cara tindak, dan rekaman kebudayaan masa lalu terkait mitigasi bencana, yang seringkali dibahasakan sebagai kearifan lokal," ujar Andi.
Dikatakan, fokus utama sarasehan besok bukan pada Gunung Sadahurip saja, tetapi juga hasil sementara penelitian di daerah lain yang sudah jauh lebih maju status penelitiannya dibanding Sadahurip. Antara lain di Banda Aceh, setelah daerah itu disapu bencana dahsyat gempa dan tsunami pada 2005. Lalu juga situs di Trowulan, Batujaya, dan Gunung Padang.
"Tentu, di bagian akhir, sarasehan akan membahas kemajuan penelitian di Gunung Sadahurip sebagai pelengkap," ujar Andi menambahkan.
Selain sarasehan, hasil temuan Tim Katastropik juga akan dibahas dalam pertemuan kebudayaan internasional di Bali, 9 Februari mendatang, yang digarap oleh Universitas Indonesia.
Dikatakan, ilmuwan Oxford, Inggris, Prof Dr Stephen Oppenheimer, penulis buku laris "Eden in the East" juga tertarik dengan keberadaan "piramida" di Gunung Sadahurip dan Gunung Padang, dan akan hadir di pertemuan Bali itu.
sumber
Tim Peneliti Bencana Katastropik Purba menduga kuat adanya bangunan piramida di situs Gunung Padang di Kabupaten Cianjur dan Gunung Sadahurip di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Dugaan itu mengundang kontroversi para ahli arkeologi dan geologi yang selama ini meneliti situs-situs geologi dan peninggalan arkeologi.
Menurut salah satu anggota Tim Peneliti Bencana Katastropik Purba, Danny Hilman, mereka mengebor hingga sedalam 20 meter di Gunung Padang, tak jauh dari situs megalitikum, dan menemukan tiga rongga di badan gunung. Satu dari ketiga ruangan itu berukuran 10 meter x 20 meter. Posisi ketiga ruangan bertingkat.
Hasil penelitian itu dipaparkan di Kantor Sekretariat Kabinet, Selasa (7/2/2012). ”Selama ini para ahli arkeologi hanya meneliti situs megalitikum di lapisan atas. Belum banyak meneliti ke bagian lebih dalam,” kata Danny.
Menurut dia, para peneliti terdahulu menganggap temuan di Gunung Padang hanya situs megalitikum biasa. Hasil pengeboran tim menemukan lapisan dasar fondasi bangunan berumur 4700 SM. Lebih tua dari piramida Giza di Mesir yang berusia 3500 SM.
Andang Bachtiar, yang juga anggota Tim Peneliti Bencana Katastropik Purba, mengatakan, pengeboran menemukan lapisan pasir. ”Kami mencari apakah lapisan itu bagian teknologi antigempa,” tuturnya.
Belum lagi ada klarifikasi tentang keberadaan piramida, tim juga menduga ada piramida di Gunung Sadahurip. Tim juga mengamati bentuk fisik kedua gunung itu mirip piramida.
Penemuan di situs Sadahurip dan Padang diklaim sebagian temuan Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam, Andi Arief. Tim beranggota sembilan orang dari berbagai disiplin ilmu, seperti geologi, geofisika, paleotsunami (ilmu tsunami purba), paleosedimentasi, geodinamika, arkeolog, filolog (ahli naskah kuno), dan antropolog.
Tim ini juga meneliti beberapa situs di tempat lain. Tujuannya untuk memahami apa ada kejadian alam hebat sehingga menghancurkan peradaban manusia waktu itu. Penelitian akan dilanjutkan 2,5 tahun ke depan melalui pendekatan riset, survei, manuskrip kuno, dan lain-lain.
Bantahan
Beberapa geolog dan arkeolog menampik adanya bangunan piramida di kedua gunung itu. Sutikno Bronto, geolog yang mendalami gunung api purba, mengatakan, kedua gunung itu ”hanya” gunung api purba. Bukan gundukan tanah berisi piramida.
Ciri-ciri lokasi gunung purba, lanjut Sutikno, adalah batuan penyusunnya merupakan hasil aktivitas gunung berapi setempat. Usia gunung api purba Padang lebih dari 2 juta tahun, sedangkan Sadahurip ribuan tahun.
Geolog dari BP Migas, Awang Harun Satyana, mengatakan, Indonesia mengenal bentuk piramida, yakni punden berundak. Untuk membuktikan ada tidaknya piramida di Sadahurip dan Padang, diperlukan penelitian secara menyeluruh
sumber
Piramida di Gunung Sadahurip dan Gunung Padang
4/
5
Oleh
Unknown
1 komentar:
Semoga penelitiannya membuahkan hasil ni...
ReplyTinggalkan Jejak Anda Dengan Berkomentar